lalallaa

lalallaa
@class

Senin, 13 Februari 2012

Cerpen ---> Keresahan Dinda

maaf kalo ngak bagus . masih tahap belajar
--->


                                                Keresahan  Dinda
                                                Karya : Anita Sartika
                                                                ---
                Dinda duduk terdiam dihadapan meja belajarnya. Buku IPA setebal lima centimeter dibiarkannya terbuka begitu saja, merelakan lembar-demi lembar tertiup angin dari jendela dihadapannya. Digerakkannya pulpen bermotif boneka ke kiri dan kekanan. Kedua bola matanya tak lepas menatap tanggal yang sudah dilingkarinya dengan spidol berwarna pink pada kalender diatas meja belajar.
                "aaaaarrrghh!" geramnya kemudian. Gadis kecil itu pun pergi meninggalkan kamarnya, melangkah keluar pintu, lalu menuruni anak tangga . berjalan menghampiri papa yang sedang duduk dihadapan laptop diruang tengah. Dinda diam, tak bersuara. Diperhatikannya raut wajah papa. Seorang pria yang sebentar lagi menginjakkan kaki diusia 31 tahun. Usia yang masih terbilang muda untuk menyandang predikat 'duda'.
                Mama  Dinda sudah meninggal sejak 2 tahun yang lalu. Ketika gadis kecil itu masih duduk dibangku kelas 1. Ketika Dinda masih sangat membutuhkan kasih sayang dan perhatian seorang mama, namun apa mau dikata. Tuhan telah merindukan mamanya Dinda, bersama Izrail mama Dinda terbang menuju pelukan Sang Pencipta.
                Setelah kepergian mama, Dinda tinggal berdua saja dengan papa. Hari demi hari dilalui, curahan kasih dan sayang membalut hangatya cinta antara ayah dan anak ini. Dinda sangat menyayangi papanya, begitu pula dengan papa.
                "Dinda kenapa?" Tanya papa ketika menyadari putri kecilnya berdiri mematung memperhatikan dirinya dengan wajah yang tampak sangat murung.
                "ngak apa-apa" jawab Dinda singkat. Pikirannya memang sedang tidak menentu saat ini, antara kecewa, marah, kesal , aaah. Dinda merasa usahanya dua bulan terakhir hanya berbuah sia-sia saja.
                "sayang, kamu kenapa? Sakit?" papa terus bertanya, ketika mendapati sikap Dinda yang tidak seperti biasa.
                Dinda tidak menjawab tanya papa. Ia lantas pergi berlalu meninggalkan papanya yang dibuat terheran-heran dengan sikapnya. Dinda kembali kekamarnya.
                                                ***
                Malam telah larut. Jarum jam dikamar menunjukkan pukul 11.05 WIB. Biasanya, jam segini Dinda telah dibawa kereta mimpi, bermain bersama mama ditaman syurga. Namun tidak malam ini. Dinda belum kunjung memejamkan matanya. Bukan karena ia belajar untuk menghadapi ulangan Ipa besok pagi, tapi karena ia dilanda kekecewaan yang tiada terkira.
                Di tatapnya tiga buah boneka yang dijahitnya dengan tangannya sendiri. Sebuah boneka paling kecil belum terselesaikan oleh Dinda, namun kini Dinda tidak berniat untuk menyelesaikan pekerjaan nya yang sudah dimulainya sejak dua bulan yang lalu. Malahan Dinda berniat untuk merusak ketiga boneka itu, membuangnya hingga tak tampak lagi oleh batang hidungnya.
                Semua rencanya kandas karena apa yang dikatakan ustad Farhan, guru yang mengajar mata pelajaran bahasa Arab tadi siang dimushola sekolah. ucapan dan perkataan ustad Farhan terus terngiang-ngian dibenak Dinda. Tentang nasihat dan peringatan yang diberikan oleh ustadz Farhan, semuanya telah menghancurkan rencana emas yang telah dirancang Dinda dua bulan lamanya.
                Aku akan menyalahkan nenek karena ini semua. Piker Dinda sebelum akhirnya ia terlelap juga.
                                                ***
                "belajar yang rajin ya!" ucap papa ketika Dinda menyalaminya dan hendak melangkah menuju gerbang sekolah pagi ini.
                Jam pertama adalah ulangan ipa. Rangkaian huruf yang diakhir kalimat selalu dibumbui tanda Tanya membuat kepala Dinda nyut-nyutan. Dinda tak tahu harus memilih yang mana, a , b, c, atau d. Dinda benar-benar tidak tahu mana jawaban yang paling benar. Dinda bingung. Namun sedetik kemudian, dia berfikir untuk tidak ambil pusing. Digerakkannya tangannya menyilang-nyilang jawaban dengan cepat. Lantas semenit kemudian, Dinda membawa lembar ulangannya, dan mengumpulkannya dimeja bu Riska.
                "Dinda udah selesai?" Tanya bu Riska heran. Seingat bu Riska, ia baru saja duduk usai membagikan kertas ulangan.
                "sudah bu" jawab Dinda
                "soalnya mudah ya?"
                "susah banget bu" jawab Dinda kemudian. Bu Riska tampak hendak melontarkan pertanyaan lagi, mengetahui hal itu, Dinda lantas cepat-cepat bersuara "Bu, Dinda kan sudah selesai. Boleh ngak kalau Dinda duduk diluar saja?" Tanya Dinda penuh harap
                "oh, yaya. Boleh saja. silahkan !"
                Dinda lalu melangkah keluar kelas. Puluhan pasang mata murid-murid menatap langkah kaki Dinda yang perlahan meninggalkan mereka . beberapa diantara mereka ada yang berdecak kagum, ada pula yang menggeleng-gelengkan kepala. Dinda tidak peduli.
                Langkah Dinda terhenti di pintu mushola sekolah. didalam mushola, didapatinya ustadz Farhan dengan Al-matsurat ditangannya. Wajah Dinda memerah, marah. Sebenarnya Dinda tahu, bahwa diirinya tak patut marah dengan ustadz Farhan, hanya karena ustadz Farhan memberikan ceramah dan menasihati mereka kemarin siang disekolahan saat peringaatan Maulid NAbi. Namun, kekecewaan akan kandasnya semua rencana Dinda membuat ia membenci ustad Farhan.
                Coba saja kemarin ustadz Farhan ngak ceramah. Atau ngak , ceramah tapi materinya jangan yang kemarin. Pasti semuanya ngak kaya gini. Uh, aku benci ustadz Farhan. Aku juga benci nenek. Aku benci mereka berdua.
                "Assalamualaikum Dinda.. " sapa ustadz Farhan.
                "wa-wa'alaikum salam ustadz" jawab Dinda kaget ketika ustadz Farhan ternyata sudah berada dihadapannya memecah lamunannya.
                "Dinda ngak belajar?" Tanya ustadz Farhan seraya tersenyum manis keraah Dinda
                "tadi ulangan . Dinda udah selesai, jadi Dinda minta izin keluar saja sama bu Riska"
                "oh, kalau begitu, Dinda temani ustadz sarapan dikantin yuk! Ustads belum sempat sarapan tadi dirumah. Mau ya? ustadz teraktir deeh" ajak Ustadz Farhan. Mendengar itu semua, Dinda malah cemberut . jangan pikir aku akan memaafkan ustadz hanya karena disogok sama traktiran . huh
                "ngak mau" jawab Dinda, terdengar sedikit ketus.
                Mendengar jawaban Dinda, ustad Farhan terheran-heran.tidak biasanya Dinda menolak ajakan ustadz, apalagi menolak ajakan ditraktir. Ada yang aneh, pikir ustad Farhan. Ustadz Farhanpun baru menyadari, bahwa sedari tadi Dinda tak tersenyum sedikit pun. Sangat berbeda dengan hari biasanya, Ustadz Farhan semakin heran.
                "Dinda mau kekekelas. Assalamualaikum" tanpa mendengar jawaban ustadz Farhan, Dinda berlari. Berlari membawa kekecewaan, kekesalan yang menyesaakan dadanya.
                                                                                ***
                Bu Riska menghela nafas usai mengkoreksi lembar ulangan Dinda. Tidak ada satupun jawaban yang benar. Berat sekali rasanya bagi bu Riska menuliskan angka 0 dilembar ulangan anak muridnya. Bu Riska merasa bersalah, mungkin karena ia belum maksimal mengajarkan muridnya, terkhusus muridnya yang bernama Dinda.
                Tlililiiit… ponsel di saku bu Riska berbunyi. tertera nama Pak Haris Dinda dilayar utama.
                "halo assalamualaikum.." sapa papanya Dinda diujung sana
                "waalaikum salam. Pak Haris , kebetulan sekali anda menelpon. Ada yang mau saya tanyakan. Sebenarnya, ada masalah apa sama Dinda pak? Apa dia sedang sakit?" Tanya Bu Riska
                "itulah yang mau saya bahas sama ibu, selaku wali kelas Dinda. saya bingun dengan sikap Dinda dua hari terakhir bu. Saya minta tlong sama Bu Riska, tolong ajak Dinda bicara. Siapa tahu Dinda mau bicara sama ibu. Dua hari ini, Dinda tertutup sekali dengan saya. Saya kawatir sekali bu."
                "saya akan mencoba mencari tahu masalah apa yang sebenarnya saat ini dihadapi Dinda pak. Insya Allah, semuanya akan kembali seperti biasa"
 Bu Riska mengakhiri telfon siang ini. kembali mengehla nafas panjang,sembari menatap keluar jendela.
                                                ***
                Dinda duduk dibangku taman sekolah didampingi Bu Riska. Dinda masih setia dengan diamnya, dan bu Riska membiarkan itu semua. hingga  beberapa menit kemudian…
                " Dinda mau cerita ngak sama ibu?" Tanya bu Riska sembari menatap kedua bola mata gadis kecil dihadapannya.
                "cerita apa?" Dinda balik bertanya
                "apa aja. Misalnya, kalau Dinda punya masalah mungkin. Dinda bisa cerita ke ibu. Dinda ngak boleh terbebani dengan masalah yang Dinda punya. Kalau Dinda memendam permasalahan seorang diri, yang mengakibatkan Dinda lelah memikirkan masalah tersebut, bisa-bisa nantinya Dinda malah sakit. Ayo Dinda, silahkan cerita apa aja ke ibu! Ibu bakalan dengarin apapun cerita Dinda.." ucap bu Riska terdengar bijaksana.
                Dinda menatap guru cantik dihadapannya, lalu menghela nafas. Kemudian Dinda mulai bercerita.
                "Bu Riska. Sebenarnya, sejak kemarin siang Dinda gundah sekali. Dinda kecewa bu,jika harus membatalkan rencaana Dinda. tapi dilain pihak, Dinda juga ngak mau dibilang ngikutan gayanya orang non muslim. Bu Dinda ngak tahu harus kaya gimana. Dinda bingung bu.."curhat Dinda
                "maksud Dinda apa?" ibu Riska bingung sendiri dibuatnya
                "kemarin siang, diacara Maulid Nabi dimushola sekolah, Ustadz Farhan ceramah tentang  Valentine. Kata Ustadz, orang muslim ngak boleh ikut-ikutan ngerayain valentine. Ustadz juga cerita tentang sejarah valentine. Dan ustadz bilang, kalau ada yang ngikut-ngikut ngerayain valentine,itu sama aja orang yang ngikut tergolong kafir. Barang siapa yang mengikuti suatu kaum, maka dia termasuk kaum itu. " Dinda tertunduk, lesu.
                "trus kenapa Dinda jadi kepikiran sama itu semua? apa… maaf, apa Dinda mau ngerayain valentine juga?" Tanya Bu Riska, sedikit ragu. Bu Riska kawatir pertanyaan yang ia lontarkan malah menyakiti anak ddidiknya.
                "ngak bu! Demi Allah, Dinda ngak mau negrayain valentine! Dinda cinta Islam, dan dalam Islam ngak ada hari valentine. "
                "lalu kenapa Dindaa mempermasalahkan semua ini?" Bu Riska semakin bingung
                "ustadz bilang, orang-orang non muslim ngerayain valentine. Mereka biasanya saling bertukar kado , coklat , atau apa aja. Ustads akan sangat marah, kalau nemuin anak-anak SD As-syafiq yang ngerayain valentine, apa lagi sampe ikut-ikutan kasih kado atau apa. Pokonya, kata ustadz, ngak boleh!" Dinda mengehala nafas untuk yang kesekian kali.
                "ibu Riska. Dinda udah sejak dua bulan yang lalu menunggu kedatangan 14 februari. Dinda bahkan udah nyiapin kado buat papa. Berhari-hari Dinda menyelesaikan kado yang bakal Dinda kasih kepapa. Tapi, karena hari valentine itu, sepertinya Dinda ngak bakalan nyerahin kado itu ke papa. Dinda ngak mau dibiilang ikut-ikutan valentine, karena kasih kado ke papa ditanggal itu. Padahal sebenrnya, papa ulang tahun tanggal 14 februari, dan Dinda mau kasih kado ke papa dihari ulang tahunnya. "
                "bu, Dinda kecewa. Semua rencana Dinda bakal batal semua. Dinda ngak mungkin kasih kado ke papa tepat dihari ulang tahunnya, kerena ngak mau tergolong orang non muslim, yangngerayain 14 februari dengan kasih kado. Dinda juga ngak mau kasih kado ditanggal 13 februari, nanti dipikir Papa, Dinda ngak tahu pasti tanggal lahir papa. Kalau Dinda kasih kadonya ditanggal 15 Feruari, ntar dipikir papa Dinda ngak disiplin. Ngak tepat waktu, karena nyerahin kadonya telah. Bu… Dinda bingung harus kaya gimana. Ini semua salah nenek, kenapa juga ngelahirin papa ditanggal 14 Februari!"
                Mendengar kalimat yang meluncur dari mulut gadis kecil dihadapannya, Bu Riska tersenyum geli. Jadi ini masalahnya, hahahaa, anak kecil ini ada-ada saja.       
                "Dinda, kalau papanya Dinda memang ulang tahun tanggal 14 Februari dan Dinda mau kasih kado ya ngak apa-apa. Niat Dinda kan kasih kadonya karena papa ulang tahun, bukan karena valentine day. Papa ulang tahun tanggal 14 Februari, lantas Dinda menyalahkan nenek karena ngelahirin papa ditanggal itu. yang menyebabkan Dinda batal kasih kado ke papa, karena takut kalo malah ikut-ikutan valentine. Hahhaa.. ngak Dinda. nenek ngak salah! Silahkan Dinda kasih kado kepapa, sebagai ungkapan selamat ulang tahun kepapa.  Tapi inget, bukan kasih kado karena valentine yaa. Inget, setiap hari bagi kita umat muslim adalah hari yang dilalui dengan kasih sayang. setiap hari Dinda, bahkan setiap detik yang Dinda lalui.."
                Mendengar perkataaan Bu Riska, Dinda lantas memeluk erat gurunya.
                "jadi, Dinda boleh kasih kado kan bu dihari ulang tahun papa?" Tanya Dinda penuh harap. Bu Riska mengganguk.
                                                                ***
                Ustadz Farhan berjalan mennghampiri bu Riska diruang guru. Melihat kedatangan ustadz Farhan, bu Riska malah tertawa kecil, mengingat kesalahpahaman yang melanda anak didiknya, Dinda.
                "ustad, kebtulan ketemu. Mau nanya, kemarin pas peringatan Maulid Nabi ustad ceramahnya tentang valentine ya?" Tanya Bu Riska
                "iya bu. Kan sebentar lagi 14 februari, takutnya anak-anak kalau belum diceramahin belum tahu apa-apa, lantas malah ikut-ikutan. Kan jaman sekarang anak sd juga udah terkena virus ikut-ikutan.oh ya, Bu Riska, ada yang mau saya tanyakan. Ini tentang Dinda."
                "hahaha, ustad Farhan. Saya sudah tahu apa penyebab sikap Dinda berbeda 2 hari ini. Dinda itu salah pengertian. Papanya Dinda ulang tahun tanggal 14 februari nanti, dan sikecil Dinda mau kasih kado ke papanya. Tapi karena takut dibilang ikut-ikutan valentine karena kasih kado ditanggal itu, Dinda jadi bingung. Dia kecewa kalau harus membatalkan rencananya. " jelas bu Riska
                "oh begitu. Hahahaa, ya kalau ulang tahun dan Dinda mau kasih kado ya ngak apa-apa juga kali.. hemmpp, tapi. Anak sekecil itu, sudah takut sekali jika terjerumus ikut-ikutan valentine. Alhamdulillah, iman menyelimuti hati kecilnya. Semoga Dinda selalu di jalan Nya."
                "Amiiiin"
                                                                ***
               
Papa,
Dinda sayang sama papa. Selamat ulang tahun papa, semoga kita selalu dalam lindunganNya. Dinda harap, papa senang sama kado yang Dinda kasih. Emang siih jelek, tapi Dinda bikin sendiri loh. Lama, 2 bulan. Hehe.. sekali lagi selamat ulang tahun , papa. Semoga panjang umur dan sehat selalu.
Dinda sayang papa..

Secarik kertas berisikan tulisan tangan Dinda mebuat air mata papa mengalir, haru. Tiga boneka pemberian Dinda yang dijahitnya dengan tangan nya sendiri membuat hati papa bergetar dahsyat. Dipeluknya putri semata wayangnya erat, dalam hati papa berjanji akan selalu mencintai dan menyayangi Dinda, serta membahagiakan putri satu-satunya. Ya Rabbi, jaga selalu putriku. Do'a papa.

                        SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar